Translate

Rabu, 06 Mei 2009

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
PADA UPACARA PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL
TANGGAL 2 MEI 2009


Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Selamat Pagi dan Salam Sejahtera


Marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya pada hari yang bersejarah dan sangat penting bagi dunia pendidikan ini, kita dapat berkumpul dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional, tanggal 2 Mei 2009

Setiap kali kita memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), kita akan mengenang seorang tokoh nasional yang sangat berjasa dalam pembangunan pendidikan nasional, yaitu Ki Hadjar Dewantara. Beliau adalah pelopor pendidikan bagi bangsa indonesia yang telah berjuang dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa kita.


Berkenaan dengan itu, patutlah kita senantiasa meneladani perjuangan beliau sebagai pelopor pembaruan dalam dunia pendidikan yang harus terus kita kembangkan seiring dengan tuntutankebutuhan masyarakat serta kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (ipteks). Untuk itu, tema Hardiknas tahun ini ialah “ Pendidikan Sains, Teknologi, dan Seni Menjamin Pembangunan Berkelanjutan dan Meningkatkan Daya Saing Bangsa ”. Tema tersebut sangat relevan dengan permasalahan dewasa ini dalam konteks peningkatan mutu pendidikan nasional untuk menyiapkan insan Indonesia yang cerdas dan berdaya saing.


Saudara – saudara, Peserta Upacara dan Hadirin yang saya hormati

Kita berada dalam kehidupan yang terus berubah dengan cepat. Kemajuan ipteks, terutama perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, menyebabkan persaingan antarbangsa yang ketat dalam era globalisasi ini. Untuk menghadapi hal tersebut, tiada lain yang harus kita lakukan, kecuali meningkatkan kemampuan, kemandirian, dan daya saing bangsa Indonesia melalui pendidikan untuk semua yang bermutu.

Sebagaimana kita ketahui, sains mempunyai peran sangat penting dalam penguasaan teknologi. Untuk itu, kemampuan penguatan teknologi tidak hanya dikembangkan melalui peningkatan ketrampilan menggunakan teknologi, tetapi juga melalui pengembangan daya nalar dan daya kreasi pada setiap jenjang pendidikan. Hal tersebut merupakan landasan yang kokoh untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam meraih masa depan bangsa yang lebih maju.

Upaya peningkatan kemampuan anak bangsa dalam bidang sains telah menunjukkan hasil yang menggembirakan, yang terbukti dengan semakin terus meningkatnya dari tahun ke tahun peserta didik yang telah berhasil meraih medali dalam berbagai olimpiade sains, baik ditingkat nasional maupun ditingkat internasional.

Bangsa Indonesia mempunyai sumber daya dan kekayaan alam yang melimpah, dengan keragaman hayati, geologi, dan budaya yang luar biasa. Namun, kekayaan tersebut belum semua bermanfaat bagi kesejahteraan bangsa karena belum diolah, dikelola, dan dimanfaatkan dengan baik dan bijaksana. Untuk itu, diperlukan sumber daya manusia unggul. Pendidikan merupakan kunci utama dalam menghasilkan sumber daya manusia unggul yang mampu mengolah dan memanfaatkan sumber daya tersebut.

Selain itu, keragaman seni-budaya bangsa yang sangat kaya merupakan bukti tingginya kreativitas dan daya cipta anak bangsa. Pada era globalisasi ini pengaruh derasnya arus informasi dan budaya asing telah melanda semua bangsa. Oleh karen itu, seni-budaya bangsa kita perlu terus dikembangkan untuk memperkuat jati diri bangsa, mulai dari pendidikan anak usia dini hingga pendidikan tinggi, sekaligus mengembangkan estetika dan daya kreasi bangsa.

Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan ke depan, bahasa indonesia harus tetap menjadi bahasa pengantar pendidikan nasional karena, selain sebagai sarana pemerkukuh persatuan bangsa, bahasa indonesia berfungsi sebagai sarana pengembangan ipteks. Sementara itu, bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada tahap awal pendidikan agar bahasa yang menjadi bahasa ibu bagi sebagian besar bangsa indonesia itu tetap lestari. Dalam penyiapan insan Indonesia cerdas dan berdaya saing, mutu pembelajaran bahasa asing pada semua satuan pendidikan perlu ditingkatkan.

Dengan demikian pengembangan ipteks tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya agar pendidikan dapat menghasilkan insan Indonesia seutuhnya yang cerdas, beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia, serta menguasai ipteks dalam mewujudkan masyarakat yang maju dan beradab berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Semua itu pada gilirannya niscaya akan meningkatkan daya saing bangsa Indonesia dalam kancah pergaulan antar-bangsa.


Saudara-saudara, Peserta Upacara dan Hadirin yang saya hormati

Meskipun upaya kita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa telah menampakkan banyak kemajuan, kita juga sadar bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan tantangan yang harus kita hadapi. Oleh karena itu, kita harus bekerja keras untuk membangun pendidikan nasional dalam rangka peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan melalui berbagai terobosan kebijakan. Guna menjawab berbagai kekurangan dan tantangan dalam membangun pendidikan nasional tersebut, dalam Rencana Strategis Depdiknas 2005-2009 telah ditetapkan tiga pilar kebijakan, yaitu pemerataan dan perluasan akses pendidikan; peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan; serta penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan. Pada akhir tahun 2008 hampir seluruh indikator kinerja utama rencana strategis tersebut telah tercapai, bahkan banyak yang melampaui target.

Ke depan kita perlu terus meningkatkan pembangunan pendidikan nasional sesuai denga kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman. Untuk itu, pada tahun 2009 Depdiknas telah menetapkan 11 (sebelas) terobosan kebijakan secara massal dan telah menunjukkan hasil-hasil yang positif, yaitu sebagai berikut :


1. Pendanaan pendidikan secara massal;
2. Peningkatan kualifikasi dan sertifikasi pendidik;
3. Penerapana TIK untuk e-pembelajaran dan e-administrasi;
4. Pembangunan prasarana dan sarana pendidikan;
5. Rehabilitasi prasarana dan sarana pendidikan;
6. Reformasi pembukuan secara mendasar;
7. Peningkatan mutu dan daya saing pendidikan dengan pendekatan komprehensif;
8. Perbaikan rasio peserta didik SMK:SMA;
9. Otonomisasi satuan pendidikan;
10. Intensifikasi dan ekstensifikasi pendidikan nonformal dan informal untuk menggapai layanan pendidikan kepada peserta didik yang tak terjangkau pendidikan formal (reaching the unreaching);
11. Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan dengan pendekatan komprehensif.

Saudara-saudara, Peserta Upacara dan Hadirin yang saya hormati

Dalam kurun waktu tahun 2005-2008, pendanaan pendidikan melalui program Bantuann Operasional Sekolah (BOS), BOS Buku, Bantuan Khusus Murid (BKM), Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM), dan Program beasiswa telah menunjukkan hasil Dan manfaat yang signifikan dalam pengembangan mutu pendidikan di Tanah Air. Program BOS telah membebaskan sebanyak 70,3% murid SD/MI dan SMP/MTs dari pungutan biaya operasional dan semua siswa miskin bebas dari pungutan biaya opersional. Selain itu, juga telah tercapai target penuntasan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun pada tahun 2008.

Pada tahun 2009 telah ditandai dengan capaian besar dalam pemenuhan kewajiban pemerintah melalui peningkatan biaya satuan BOS yang cukup signifikan sehingga dapat membebaskan seluruh peserta didik SD Negeri dan SMP Negeri terhadap pungutan biaya operasional sekolah, kecuali pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Mulai Januari 2009 biaya satuan BOS, termasuk BOS buku, untuk tiap siswa pertahun naik menjadi : SD di Kota Rp.400.000, SD di Kabupaten Rp.397.000; SMP di Kota Rp. 575.000, dan SMP di Kabupaten Rp.570.000. Hal itu merupakan salah satu bukti komitmen pemerintah dalam memenuhi amanat UUD 1945 terkait dengan kenaikan 20% anggaran pendidikan.

Mutu guru dan dosen telah ditingkatkan melalui peningkatan kualifikasi dan sertifikasi profesi. Sekitar 1,75 juta guru yang belum S1/D4 harus meraih S1/D4 dalam waktu 10 tahun, sekitar 150.000 dosen yang belum S2/S3 harus meraih S2/S3 dalam waktu 10 tahun, serta sekitar 2,7 guru dan 300.000 dosen harus meraih sertifikat dalam waktu 10 tahun. Kesejahteraan terhadap para pendidik tersebut juga ditingkatkan menjadi dua kali lipat. Hal itu menunjukan betapa serius pemerintah dalam memberikan perhatian kepada mereka sebagai upaya untuk meningkatkan citra dan martabat para pendidik.

Dalam mengembangkan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk e-pembelajaran dan e-administrasi, telah tersambung melalui Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas) meliputi zona sekolah (schoolnet) lebih dari 15.000 sekolah, zona perguruan tinggi (inherent) 83 PTN, 177 PTS, dan 37 Unit Pelayanan Pendidikan Jarak Jauh (UPBJJ) UT, yang melayani lebih dari 60% populasi mahasiswa. Di samping itu, melalui zona kantor (officenet) juga telah tersambung pada seluruh unit kantor pusat Depdiknas serta UPT di daerah serta kantor Dinas Pendidikan Provinsi, kabupaten dan Kota serta zona personal lebih dari 500 guru dan dosen.

Pembangunan sarana prasarana pendidikan juga terus ditingkatkan, dari PAUD hingga Pendidikan Tinggi. Sampai saat ini, telah dibangun Unit Sekolah Baru (USB) sebanyak 6.158 unit dan 15 politeknik, Ruang Kelas Baru (RKB) 55.947 ruang, perguruan tinggi 310.569 m2, perpustakaan 14.074 unit, serta laboratorium 11.591 unit dan 25.260 m2. Selain itu, juga telah direhabilitasi ruang kelas SD/MI sebanyak 284.976 ruang, SMP/MTs 29.894 ruang, dan SMA/SMK/SLB 4.598 ruang.



Saudara-saudara, Peserta Upacara dan Hadirin yang saya hormati

Di bidang perbukuan Depdiknas telah melakukan reformasi secara mendasar, yaitu dengan pembelian hak cipta buku dari penulis atau penerbit dan mengijinkan siapa saja untuk menggandakannya, menerbitkannya, atau memperdagangkannya dengan harga murah. Sampai saat ini Depdiknas telah membeli sebanyak 598 judul buku, dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yakni Rp.4.387,00 hingga Rp. 29.986,00 per buku. Dengan reformasi ini sekolah wajib menyediakan buku teks pelajaran dalam jumlah cukup di perpustakaan untuk siswa miskin.

Dalam peningkatan mutu dan daya saing pendidikan dengan pendekatan komprehensif telah dilakukan terhadap semua satuan pendidikan, dengan hasil sebagai berikut pada akhir 2008. Sekolah dengan acuan mutu standar pelayanan minimal (SPM), tingkat SD sebanyak 35.995 (24%), SMP 24.296 (84,19%), SMA 2.725 (28.63%), dan SMK 3.682 (53,19%). Sekolah dengan acuan mutu Rintisan Sekolah Standar Nasional (RSSN), tingkat SD sebanyak 469 (73,24%), SMP 2.095 (7,26%), SMA 4.070 (42,76%), dan SMK 2.140 (30,92%). Sekolah dengan acuan mutu Sekolah Standar Nasional (SSN), tingkat SD sebanyak 3.438 (2,32%), SMP 2.191 (7,59%), SMA 2.465 (25,90%), dan SMK 800 (11,56%). Sekolah dengan acuan mutu Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), tingkat SD sebanyak 126 (0.09%), SMP 230 (0,08%), SMA 200 (2,10%), dan SMK 300 (4,33%). Sekolah dengan acuan mutu Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), tingkat SD sebanyak 81 (0.05%), SMP 47 (0,16%), SMA 59 (0,62%).

Pada jenjang pendidikan tinggi, beberapa perguruan tinggi kita telah mendapat pengakuan sebagai perguruan tinggi berkelas dunia (world class), menurut versi Times Higher Education Supplement (THES), YAITU ui peringkat 287, ITB peringkat 315, dan UGM peringkat 316, dengan 520 program studi (prodi) yang masuk dallam peringkat 500 dari seluruh dunia. Sementara itu, UNDIP, UNAIR, dan IPB menduduki peringkat 401-500. Selain itu, 47 prodi UT mendapatkan akreditasi dari International Council of Distance Education (ICDE), sehingga sampai saat ini, terdapat 567 prodi berkelas dunia yang melayani sekitar 12% dari seluruh mahasiswa Indonesia.

Dalam erbaikan rasio peserta didik SMK:SMA, kebijakan Depdiknas membalik dari 30:70 pada tahun 2004 menjadi 70:30 pada tahun 2015. Untuk itu, telah dibangun lebih banyak SMK dari pada SMA, hingga akhir tahun 2008 telah dibangun 466 USB SMK dan SMA 237 serta 6.918 RKB SMK. Ekstensifikasi dan intensifikasi penyelenggaraan pendidikan kejuruan melalui berbagai bentuk SMK, yaitu SMK besar di kawasan industri, SMK kelas jauh di pesantren atau institusi sejenis, SMK di daerah perbatasan, SMK kecil di daerah terpencil dan pedesaan, SMA terbuka, serta sekolah menengah terpadu. Hasilnya pada akhir tahun 2008 rasio itu telah bergerak menjadi 46:54.

Saudara-saudara, Peserta Upacara dan Hadirin yang saya hormati

Berkenaan dengan otonomisasi satuan pendidikan, Pemerintah Pusat memberikan otonomi kepada Pemerintah Daerah untuk mengurus pendidikan anak usia dini, dasar, dan menengah secara demokrtis. Selanjutnya Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Derah memberikan otonomi kepada satuan pendidikan mengurus dirinya sendiri secara demokratis. Otonomi diimbangi dengan akuntabilitas yang setimpal. Pada tingkat sekolah/ madrasah otonomi satuan pendidikan diberikan melalui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), termasuk BOS dan KTSP. Sementara itu, pada jenjang pendidikan tinggi, otonomi penuh diberikan melalui badan hukum pendidikan.

Dalam pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi pendidikan nonformarmal dan informal untuk menggapaikan layanan pendidikan kepada peserta didik yang tak terjangkau pendidikan formal (reaching the unreached), pada akhir tahun 2008 PAUD nonformal mendidik 10,48 juta anak dan menyumbang APK 35,14% dari APK PAUD nasional 50,62%; Program Paket A menyumbang APM 0,5% dari APM SD/MI/Paket A nasional 95,14%; Program Paket B menyumbang APK 3.96% dari APK SMP/MTs/Paket B nasional 96,18%; Program Paket C menyumbang APK 2.96% dari APK SMA/SMK/MA/Paket C nasional 64,28%; buta aksara usia 15 tahun atau lebih tinggi 9,7 juta orang (5,97%); 289.059 orang mengikuti pendidikan kecakapan hidup selama 2008; serta selama kurun waktu 2005-2008 telah dibangun lebih dari 5.249 Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dan 127 TBM mobil untuk daerah pedesaan yang jauh dari TBM.

Dalam penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan dilakukan pendekatan komprehensif melalui penataan kelembagaan, penghilangan konflik kepentingan, peningkatan akuntabilitas, dan peningkatan standar mutu pelayanan publik.

Saudara-saudara, Peserta Upacara dan Hadirin yang saya hormati

Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin mengajak semua pihak, para pendidik, peserta didik, Pemerintah Daerah, dan masyarakat luas untuk meneruskan cita-cita pendiri negara, meneruskan cita-cita para pahlawan pendidikan, untuk bersama-sama membangun dan memajukan pendidikan agar kita bisa menyongsong masa depan bangsa yang gemilang.

Akhirnya, marilah kita jadikan peringatan Hardiknas Tahun 2009 ini sebagai semangat untuk terus membangun peradaban bangsa Indonesia sehingga menjadi bangsa yang berbudaya, cerdas, bermutu, dan mampu bersaing dalam kancah pergaulan dunia internasional.

Sekian, terima kasih. Selamat memperingati Hari Pendidikan Nasional 2009, semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberkahi Bangsa Indonesia. Amin.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 2 Mei 2009
Menteri Pendidikan Nasional



Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA

Tidak ada komentar: